Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keunikan Tari Gending Sriwijaya Melambangkan Segala Daerah Di Sumatra Selatan

Tari Gending Sriwijaya tarian yang berhubungan dengan Provinsi Sumatra Selatan. Tari Gending Sriwijaya cakupannya lebih luas. Jika dibandingkan dengan tari Tanggai. Tari tanggai merupakan tarian khusus menyambut tamu di Kota Palembang. 

Diketahui secara harafiah tarian ini bernama Gending Sriwijaya, Tari Gending Sriwijaya merupakan tari yang melukiskan kegembiraan gadis-gadis Palembang saat menerima tamu yang diagungkan. Tepak yang berisi kapur, sirih, pinang dan ramuan lainnya dipersembahkan sebagai ungkapan rasa bahagia, Tari Gending Sriwijaya diiringi Gamelan dan lagu Gending Sriwijaya.
Untuk lebih mudah dipahami, Tari Gending Sriwijaya melambangkan segala daerah di Sumatra Selatan. Adapun jumlah 9 orang penari tersebut merujuk ke Batanghari Sembilan, hal tersebut mengisyaratkan bahwa persembahan tari Gending Sriwijaya dilakukan atas nama segala daerah di Sumatra Selatan.

Penata tari dipimpin langsung oleh Sukainah A. Rozak yang membawa Tepak Sirih, Gustinah A. Rachman dan Siti Nurani As’ari selaku pengalung bunga (pengganti pridonan), dengan penari-penari antara lain: Delima A. Rozak, Tuhfah, Busroh Yakib, R. A. Tuty Zahara Akib dan beberapa yang lainnya. 

Tari Gending Sriwijaya pertama kali dipentaskan dimuka umum pada tanggal 2 Agustus 1945, di halaman Masjid Agung Palembang, yaitu ketika pelaksanaan upacara penyambutan kedatangan M. Syafei Ketua Sumatora Tyuo In ( Dewan Perwakilan Rakyat Sumatra) dan Djamaluddin Adinegoro (Ketua Dewan Harian Sumatera ). 

Pada saat pergelaran tari Gending Sriwijaya pertama kali digelar dan dibawakan oleh 9 penari antara lain: Siti Nuraini, Rogayah H, Delima A. Rozak, Thfah, Halimah, Busron, Darni, Emma dan Tuti Zahara.

Tarian yang khas ini mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan bahagia, tulus dan terbuka terhadap tamu yang istimewa itu. Tarian digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana Adat Aesan Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai.

Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. 

Namun saat ini peran penyanyi dan musik pengiring ini sudah lebih banyak digantikan tape recorder. Dalam bentuk aslinya musik pengiring ini terdiri dari gamelan dan gong.

Sedang peran pengawal terkadang ditiadakan, terutama apabila tarian itu dipertunjukkan dalam gedung atau panggung tertutup. 

Penari paling depan membawa tepak sebagai Sekapur Sirih untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yang datang, diiringi dua penari yang membawa pridon terbuat dari kuningan. Persembahan Sekapur Sirih ini menurut aslinya dilakukan oleh putri saja. Sultan atau bangsawan. 

Sumber: http://balitbangnovdasumsel.com/warisanbudaya/budaya/9